Akhirnya Nge-Root Juga -__-

Posting ini diawali permohonan maaf karena jarang update :)

Banyak sekali momen yang terjadi sejak update yang terakhir tapi terlewat untuk dicatatkan. Jadi aku mulai dari yang penting-penting dulu saja. Okay, kita mulai dengan mengupas kesalahan terbesar saya dalam dua bulan terakhir yakni berganti ROM.

Seperti yang sudah diketahui bersama, CyanogenMod, salah satu pembuat Custom ROM terkemuka baru saja merilis aplikasi Android CyanogenMod Installer yang tujuannya membimbing pengguna untuk nge-flash ROM mereka dari ROM bawaan (stock). Nge-flash adalah istilah para penghobi Android untuk mengganti ROM bawaan dengan ROM baru seperti Paranoid Android, CyanogenMod, dan sohib-sohibnya.

Biasanya, setelah nge-flash, langkah selanjutnya adalah nge-root. Kalau root sebetulnya istilah untuk mengakses kontrol lebih luas atas ponsel anda. Kita memang bisa mengutak-atik ponsel melalui fitur "penyetelan" atau "settings" tapi indikatornya dibatasi dengan larangan-larangan tertentu. Dianalogikan dengan menggunakan komputer di kantor, kita adalah pengguna sementara nge-root memungkinkan kita mengutak-atik komputer layaknya admin TI kantor (tapi dijamin pusing kalau disuruh troubleshooting).

Kembali lagi ke cerita awal, aku iseng memasang aplikasi tersebut. Ya, iseng, penasaran, dan macam-macam, banyak jenisnya. Ternyata harus memasang aplikasi lain di komputer dan itu kulakukan. Setelah mengunduh ROM dengan ukuran ratusan megabyte, akhirnya flashing dilakukan dalam waktu singkat.

Saat ponsel saya booting pertama kali, tampilan awal beranjak dari logo Samsung ke logo CyanogenMod yakni lingkaran dengan cahaya yang berputar-putar warna biru. Keren sih....



Begitu masuk, saya menikmati tampilan Android versi 4.3 (masih Jelly Bean) meski jauh lebih intuitif. Menu yang bisa diutak-atik lebih jauh dan tawaran aplikasi khas bawaan CyanogenMod. Dan ada VIDEO EDITOR sodara-sodara!

Saya tersenyum. Today was a good day. Akhirnya ponsel saya punya nyawa baru, tampilan baru yang lebih segar. Aktivitas selanjutnya pun dilanjutkan dengan memasang aplikasi-aplikasi dari Play Store, flashing tadi menghapus seluruh aplikasi yang selama ini terpasang.

Tragedi

Tapi layaknya drama di telenovela, awan kebahagiaan tidak pernah lama menggayut dari pundak saya (cieeeee). Saat memasang aplikasi kamera cabutan, ternyata tidak bisa. Aplikasi tersebut tidak didukung oleh ROM yang baru ini. Saya tertegun, keringat mengucur deras, hampir kentut saya.

Saya hanya bisa meratapi hilangnya fitur photosphere dari aplikasi kamera bawaan meski tampilannya hampir serupa yakni tombol biru untuk ambil gambar dan menu di samping kiri dan kanan. Bedanya, fiturnya terbatas sampai pengambilan gambar panorama saja.

Awalnya, saya berusaha menerima keadaan. Mencoba alternatif photosphere melalui aplikasi FOCAL (btw ini juga keren, ayo dicoba) tapi saya kurang puas. Sampai akhirnya pada tahap: "Lupakan Photosphere dan lanjutkan hidup dengan ROM baru ini"

Entah apes atau ga, rupanya keputusan itu harus diubah dalam hitungan mingguan. ROM baru ini ternyata juga bermasalah, kerap hang dan restart sendiri. Paling menyebalkan adalah saat merekam wawancara (oiya, ada aplikasi bagus, nanti aku ulas) tiba-tiba ponsel restart dan buyar sudah rekamannya.

Sampai akhirnya tiba-tiba suatu hari aku iseng. Ya, aku tahu benang merah dari kisah kemalangan ini adalah iseng.


yeah... begitulah.....

Okay balik lagi pada aku iseng beberapa hari lalu. Berasal dari jengkel karena ponsel kerap restart, akhirnya aku browsing cara untuk nge-root ponsel. Niatnya sih mengembalikan ROM dari CyanogenMod ke stock ROM.

Panduan utama adalah mencari sumber yang terpercaya. Untunglah ada satu situs yang didedikasikan untuk nge-root Samsung Galaxy S2 dan ada tautan untuk mengunduh aplikasi maupun file yang dibutuhkan. Jadi, pada dasarnya kita butuh Jeboo kernel untuk di-flash melalui aplikasi (aku pakai ODiN) dan file superuser yang disimpan di kartu memori ponsel.

Sekarang bagian tegangnya setelah ponsel dimatikan. Dalam keadaan tersebut, tombol kurangi volume, tombol HOME, dan tombol POWER ditekan bersama-sama dan tahan sampai muncul layar "DOWNLOAD MODE". Aku sudah masuk ke wilayah yang belum pernah kujamah sebelumnya.

Kabel USB yang tersambung dengan CPU komputer segera dicolokkan ke badan ponsel. Setelah dikenali komputer, program ODiN segera dijalankan. Dengan memasukkan file kernel melalui kolom PDA (aku ga tau kepanjangannya) dan tekan start. Pemasangan berlangsung segera dan ponsel segera restart.

Setelah itu, masuklah pada recovery mode. Di sana sudah mirip menu komputer tahun 90-an, layar sentuh tidak bisa dipakai, navigasi hanya menggunakan tombol volume untuk naik dan turun dan tombol HOME untuk memilih. Di sana, saya masuk ke pilihan install package dan memilih file Superuser di folder-nya. File ini lah yang nantinya memungkinkan pengguna mendapatkan akses superuser atau melampaui biasanya.

Setelah terpasang saya segera memilih opsi RESTART. Layar menghitam............dan tetap gelap............. Saya tekan tombol POWER agak lama hingga muncul logo Samsung Galaxy S II GT-I9100 dan seharusnya dilanjutkan dengan splash screen. Tapi tetap gelap......

Mungkin sedikit bermasalah, pikirku. Aku tahan lagi tombol POWER agak lama dan kembali berulang. Logo Samsung Galaxy SII GT-I9100 dan diikuti layar hitam tanpa suara.


Akhir?

nge-brick? pikirku dalam hati. Oiya, nge-brick seperti bahasa Indonesianya adalah jadi batu bata. Sesuai namanya, ponsel yang nge-brick memang berubah seperti batu bata, hanya bisa dijadikan pemberat saja alias sudah rusak total. Ga bisa dipakai. Bubar. Udah. Finish. The End.

Masih ingat episode berkeringat yang saya tulis di bagian pertengahan? Ya itu kembali datang, cuma lebih banyak keringatnya kali ini.... Terbayang ponsel yang sudah menemani selama tiga tahun itu tiba-tiba gagal berfungsi. Dan harus beli lagi (pikiran ini yang paling berat, FYI saja).

Kupegang ponsel ini baik-baik, kulihat lekat-lekat, badan yang tergores karena kusimpan secara serampangan, bagian belakang yang tambun gara-gara batere dobel yang dibeli dengan harga Rp 150.000, protective screen yang ujung-ujungnya terlihat cokelat karena penuh debu. Akankah semua pertemanan ini berakhir???

Aku masih ingat, saat itu jam menunjukkan pukul 21.30 lebih.... Sudah malam, aku kecapekan. Ga bakal beres ini.

Untunglah aku tidak menghabiskan waktu dengan membanting komputer, mengacak-acak meja seperti adegan film drama percintaan (kalau ada). Aku segera merunut lagi panduan di website tersebut dan memunculkan sebuah kesimpulan: jangan-jangan masalah ini timbul gara-gara aku berganti ROM sementara panduan ini diberikan untuk ROM bawaan ponsel (mohon direvisi di komen bila kesimpulan saya salah).

Artinya, yang harus saya lakukan adalah kembali nge-flash ponsel saya dengan ROM bawaan. Segera kucari alamat untuk mengunduh ROM tersebut. Duh, ternyata ukurannya lebih dari 500 Mb. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00. Overtime. Kemalaman. Aku harus balik ke kos.

Akhirnya kutinggalkan ponsel itu di kantor dengan kondisi masih belum menyala. Dan komputer masih mengunduh ROM.

Sumpah baru kali ini saya kepikiran soal ponsel SAMPAI MALAMNYA SAYA MEMIMPIKAN PROSES FLASHING ROM TERSEBUT. Saya ngimpi nge-flash ROM dan ternyata berhasil, ponsel saya kembali berfungsi. Mimpi berakhir dan saya pun bangun pukul 5.00 pagi (bukan disengaja, tapi kepanasan)

Harapan Baru

Saya pagi itu menjadi karyawan kantor yang pertama kali menandatangani form kehadiran karyawan. Begitu selesai, langsung mendatangi meja dan segera melanjutkan yang kemarin tersisa. Kupencet tombol volume turun, POWER dan HOME dan masuk ke Download Mode, aku nyalakan aplikasi ODiN dan kabel USB kusambungkan ke ponsel.

Kumasukkan file ROM berekstensi .tar.md5 ke kolom PDA. Langkah yang menegangkan pun kulakukan, pencet START. Proses pun dimulai, kali ini lebih lama dibandingkan nge-flash di awal, mungkin karena ukuran file yang besar.

Aku tidak sampai menyaksikan hingga tuntas karena ada urusan lain. Aku tinggalkan meja. Saat kembali, ponsel dalam keadaan tidak menyala. Aku deg-degan karena seharusnya setelah nge-flash ponsel harusnya restart. Kenapa tidak tampak tanda-tanda bakal kembali nyala.

atau......

Aku pencet tombol HOME. Cahaya kembali memancar dari layar ponselku. Halaman awal dari aktivasi ponsel yakni pemilihan bahasa pengantar. Alhamdulillah.... kembali beraksi ternyata :))

Ponselku seolah mendapat nyawa ke dua. Tidak hanya itu, aplikasi Superuser-nya memungkinkan banyak hal. Salah satunya menginstall aplikasi Titanium Backup yang salah satunya bisa membuat saya membuang (maaf istilahnya, tapi memang sesuai kok) aplikasi bawaan ponsel yang selama ini nongkrong tanpa terpakai seperti Reader's Hub, Game's Hub, dan.......ChatON (good riddance I must say hehehe).

Satu lagi keuntungan dengan nge-root adalah kembali memaksimalkan aplikasi Total Recall, aplikasi perekam percakapan telepon. Perlu aku ceritakan sejarahnya, aplikasi ini dulu kubeli dengan harga 7 dollar saat ponselku masih menggunakan Gingerbread (awaaaaaaaaaaaaaaaal banget). It works terrific, sampai datang update Ice Cream Sandwich.

It stopped working. Ga mau ngerekam. Yang muncul hanya file dg suara statik. ga jelas. Aku browsing-browsing, pembuat developer berkilah bahwa protokol yang biasa dipakai telah dibatasi oleh versi baru Android dan satu-satunya jalan adalah dengan nge-root. Saat itu aku menolak nge-root.

Aku pun bertahan dan menunggu update terbaru (Jelly Bean) dengan harapan keadaan berubah. Setelah di-update, ternyata keadaan tidak berubah. Saya tidak bisa merekam percakapan kecuali melalui microphone (harus berbicara lantang).

Dengan nge-root. Semua kembali. Aku bisa merekam percakapan lagi. Jadi sekarang yang nelpon saya mohon jaga ucapannya ya hahahaha

Akhir dari kekuasaan baru ini, saya pun khilaf (as always) dan membabat seluruh aplikasi sampai seminim mungkin. Camera dibabat, calendar dibabat, internet browser dibabat, google play store dibabat, Samsung Store? hell yeah dibabat.

Saya puas sesudahnya.... Sebuah akhir cerita yang menyenangkan.


















Atau itu perkiraan saya.

Bangun pagi, segera kuraih ponselku. Dia kumatikan semalam sebelum kuisi daya. Logo Samsung GT-I9100 muncul.... dan terus bertahan hingga beberapa detik. Eh? harusnya tidak seperti ini....

Aku matikan, lantas kunyalakan lagi, Tetap saja, logo itu tidak berubah.



Oh crap!

Jangan-jangan ada file penting yang terhapus saat saya kalap membabat aplikasi penting lewat Titanium Backup, dan sekarang tidak bisa dibuat booting. Dan aku jauh dari komputer di kantor. Hadeuh.

Ambil nafas, aku matikan ponsel, tekan dan tahan volume naik, power dan HOME untuk masuk recovery mode. Aku pilih erase data, dan aku restart.

Voila!

Ponsel kembali menyala! meski kembali kosongan seperti awal diinstall. Gapapa, yang penting aman. Dan lebih penting lagi ternyata aplikasi yang kuhapus tetap raib. Artinya, ponselku sekarang sudah aman untuk diajak beraksi kembali.

Dengan aplikasi ga penting yang terhapus, kini saya tidak perlu lagi membuang penyimpanan. Ponsel bisa lebih efektif karena aplikasi yang ada di daftar hanya yang kukenal dan biasa kupakai.

Demikianlah kisah panjang saya yang mungkin terdengat membosankan. Saya saja bosan, apalagi anda hahaha!!!


Popular Posts