Ponselgrafer.id?
Hari Minggu lalu, bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan RI ke-69, saya mendapatkan penugasan untuk meliput peluncuran domain apapun.id di Blitzmegaplex Grand Indonesia. Acaranya pagi hari jadi saya harus berangkat dari rumah lebih pagi untuk menghindari kemacetan akibat hari bebas kendaraan bermotor (seperti saya asumsikan sebelumnya).
Setiba di sana, perhitungan saya salah. Salah yang pertama adalah ternyata tidak ada car free day karena hari itu bertepatan dengan hari besar Indonesia. Salah yang ke dua, ternyata lalu lintas tidak sepadat yang saya duga sehingga bisa tiba lebih cepat dari perkiraan awal.
Jadinya, saya nongkrong di depan mal, nonton panggung aerobik sambil menanti pintu masuk dibuka. Akhirnya setelah kurang dari sejam, saya pun bisa masuk dan naik ke lantai delapan, menuju bioskop di dalam mal ini.
Singkat kata, acara pun saya liput, mengenai peluncuran domain tingkat tinggi atau top level domain yakni dot id (.id) setelah 21 tahun sebelumnya hanya menggunakan second level domain seperti co.id, biz.id, ac.id, sch.id, dan org.id. Keputusan yang dikeluarkan oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) adalah agar meramaikan penggunaan domain asal Indonesia tersebut.
Nah, akhir dari acara tersebut ada kabar gembira. Khusus untuk hari itu, kita dibebaskan untuk mendaftarkan domain secara gratis. Kebetulan ada perwakilan 12 registrar atau lembaga yang ditunjuk PANDI untuk mendaftarkan domain membuka meja dan siap melayani para pendaftar.
Semula saya berencana untuk mengamankan nama domain ini. Rasanya keren bila nanti namanya ponselgrafer.id dan bukan ponselgrafer.blogspot.com seperti selama ini. Namun, rencana itu pun saya batalkan di tempat, saya bahkan tidak sempat mendaftar walau gratis.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, seperti baru sadar bahwa ini adalah domain premium. Kita memang bisa mendaftar secara gratis tapi bila menginginkan domain tersebut bertahan artinya harus diperpanjang tahun berikutnya. Saya pun bertanya fee-nya dan terperanjat mendapati angka Rp 500.000 per tahun.
Angka ini boleh dibilang fantastis mengingat biaya registrasi untuk domain .com saja jauh lebih murah. Untuk domain tingkat dua di .id saja berkisar Rp 50.000-100.000 per tahun. Rupanya nominal tersebut merupakan sebuah kesepakatan yang dijalankan oleh organisasinya, bukan inisiatif mereka semata.
Saya pun kumat pelitnya. Langsung menghitung besar pengeluaran untuk mengelola domain ini. Itu belum ditambah biaya hosting yang setidaknya mencapai Rp 200.000 per tahun, artinya Rp 700.000 di tahun mendatang. Bila blog ini kaya dengan file multimedia, siap2 merogoh kocek lebih dalam lagi.
Namun, yang paling menyakitkan justru datang dari benak sendiri. "Dit, kan blogmu di tempat gratisan itu juga ga banyak pengunjungnya. Kontenmu aja jarang ditambah, gitu mau pake domain berbayar," ujar hati nurani (atau diduga mewakili sisi pelit saya).
Alasan berikutnya justru karena administrasi. Keputusan PANDI memang membuat pendaftaran lebih ketat dibandingkan domain yang lain. Selain mewajibkan salinan kartu tanda penduduk, nama domain ternyata tidak bisa dimain-mainkan.
Misalnya nama saya Didit Putra Erlangga, artinya nama domain yang bisa dipakai tidak jauh dari sana seperti: didit.id, diditputra.id, diditputraerlangga.id, erlangga.id, DPerlangga.id, DiditPutraE.id. Akan sulit memiliki nama domain yang melenceng jauh dari nama yang tertampang di KTP seperti ponselgrafer.id.
Kecuali saya mendaftar selaku usaha, bukan perorangan. Dengan melampirkan akta pendirian badan hukum, saya bisa memilih nama domain sesuka hati. Tapi kali ini sisi malas saya yang ambil bagian: "Ngapain, jo!"
Keinginan itu padam dengan sukses.
Namun, pelajaran yang saya petik dari hari itu adalah, mungkin ada baiknya memanfaatkan medium yang sudah ada. Kalau yang gratisan saja tidak bisa mengelola, mana mungkin saya punya komitmen yang cukup untuk mengelola domain yang berbayar. Apakah itu nanti tidak tergolong sebagai mubazir dan perbuatan yang dilaknat oleh Tuhan?
*gelegar suara petir*
*gelegar suara petir*
Yang pasti, saya pun memutuskan untuk memperlebar cakupan blog ini. Tidak lagi berisi buku harian saya bersama ponsel Samsung Galaxy S2 saya, tapi bakal membahas beberapa konten yang saya dapatkan selama liputan teknologi.
Mungkin bakal terasa ramai dan campur baur. Mohon waktunya untuk menata alur blog ini.
Terima kasih!

