It's Official !!

Tanpa angin tanpa geledek, tiba-tiba rasa nekat itu melintas di depan muka saya. Tanpa mikir berhari-hari, tanpa galau berkepanjangan, tiba-tiba aku berikan saja kamera SLR EOS 40D ke saudara.

Tenang, ini bukan laporan kasus gendam. Saya sadar, well saat itu :)

Ceritanya, keluarga istri berkunjung ke rumah selama tiga hari. Selain bapak dan ibu mertua, mereka mengajak adik-adik istriku. Salah satunya saudara bungsu yang kini kuliah di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik di sebuah universitas ternama di Yogyakarta berinisial UGM (dubrak!)

Saat berpamitan, tiba-tiba aku pengen mempercayakan kamera SLR ku kepadanya. Di satu sisi, aku tahu tugasnya sebagai mahasiswa ilmu komunikasi pasti butuh kamera untuk tugas kuliah (dan mendorong pergaulan sosial menjadi lebih lebar lagi hehehe). Namun, alasan lainnya, dia pasti bakal memakainya lebih sering ketimbang aku.

Sementara aku, sekarang lebih sering menggunakan ponsel untuk mengambil gambar, baik untuk keperluan peliputan atau sekadar instagram-an :). Saya punya ransel kamera (kini sudah rusak resletingnya), dan tas kamera selempang (isinya dipenuhi kabel micro USB dan powerbank). Dengan tren sekarang, aku semakin yakin makin jarang saja memakai kamera SLR.

Satu lagi yang membuatku yakin, barang elektronik terus menyusut sepanjang waktu, terlebih lagi bila tidak dipakai. Itulah akhirnya yang membuatku mantap dalam hitungan menit untuk mempercayakan kamera SLR yang sudah menemani untuk 2 tahun selama liputan. Tidak lupa, kusertakan satu lensa kit 18-55mm, satu lensa tele 100-300mm, dan satu lensa manual 55mm. Ada pula cable release, pembersih lensa, dsb.

Hampir seperti aku sedang berupaya menghapus jejaknya.

Setelah keluarga istri beranjak pulang dan meninggalkan rumah kami. Ada sedikit ruang hampa (cieeee). Sedih memang, terlebih lagi kameraku itu merupakan SLR pertama. Dan SLR pertama yang kusiksa dengan dicat warna merah. Yap, dipilox warna merah.

Bila tidak percaya, saksikan video dibawah ini:


Kenangan yang takkan kulupa dengan kamera ini tentu saja saat menyemprotnya dengan pilox warna merah. Kutupi bagian handgrip dengan selotip, dial dengan lilin mainan... ambil nafas panjang dan kukeraskan jemari untuk mengeluarkan cat dari kaleng itu. Menyesal? ada sedikit. Senang? ada juga lebih banyak hehehehe....

Dengan serah terima ini, semoga kamera itu ada di tangan yang lebih baik. Tangan yang lebih sering menekan tombol pelepas rana ketimbang saya. Dan bila usianya sudah selesai, setidaknya kamera itu meninggal dalam tugas, bukan saat berdebu di lemari.

Dan untuk saya sendiri, mau tidak mau harus lebih memaksimalkan lagi kerja ponsel Samsung Galaxy S2 saya. Saat ini, ponsel inilah kamera utama yang dimiliki saat ini. Dan tidak ada lagi bala bantuan seperti dulu.

Seperti mbah Paulo Coelho bilang, setiap perpisahan selalu menciptakan ruang bagi sesuatu yang baru.

Rupanya, istriku tanggap dengan inisiatifku yang mendadak. Dia pun langsung berkomentar "Pengen beli kamera yang baru ya?"

Aku memilih diam saja. Cuma sayang, aku ga bisa poker face, yang terjadi justru senyum yang tersungging saja. Auch!

Popular Posts